š Satuan Bahasa Yang Lebih Luas Dari Kalimat Adalah
Istilahumum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum. Istilah bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabungan dua bentuk atau lebih, yang menjadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa (1) gabungan bentuk bebas dengan bentuk bebas, (2) bentuk bebas
Salahsatu dampak yang dihasilkannya adalah luas hutan yang semakin berkurang karena dijadikan tempat tinggal. Menurut analisis data satelit yang dirilis Universitas Maryland (UMD) dan World Resources Institute (WRI), sejak 2002, lebih dari 60 juta hektar hutan primer telah hilang di daerah tropis, setara dengan 1,3 kali luas Sumatera.
Sedangkankalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud
Syaratkedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf /alinea adalah bahwa paragraf /alinea tersebut harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina paragraf /alinea tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa
Halmenarik tentang frasa adalah bagian yang selalu terdiri atas morfem-morfem bebas. Dalam artian, ketika sebuah gabungan kata terdiri dari gabungan morfem bebas seperti, rumput tetangga atau sudah makan maka gabungan kata tersebut dapat dikatakan sebagai frasa. Nah, itulah pengertian frasa lengkap dengan jenis dan contohnya.
Kalimatadalah satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar dan intonasi final. yang lebih luas dari paragraf, yang diarahkan untuk mengembangkan ide mengenai sebuah topik. 37. Sastra anak-anak adalah bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman
2 Satuan bahasa yang lebih luas dari kalimat adalah Demograf; Paragraf; Gravity; Kata; Huruf; Jawaban : Paragraf 3. Fungsi paragraf bagi penulis antara lain Penulis tidak cepat lelah dalam menyelesaikan karangan; Pembaca menikmati isi karangan; Pembaca tertarik dengan isi cerita; Pembaca lebih semangat membaca; Pembaca lebih termotivasi
n3l95l. Satuan lingual adalah unsur-unsur atau komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan Chaer 2014 34. Bentuk satuan lingual atau satuan bahasa secara linguistik memiliki urutan dari yang terkecil ke yang terbesar, maka urutannya sebagai berikut. Bagan 1. Hierarki Satuan Bahasa a. Fonem Menurut Kridalaksana 198344 Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna, fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya bergantung beberapa faktor, terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain. hal yang sama juga disampaikan oleh Chaer 200962, fonem merupakan abstraksi dari satu atau sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan. Konsep fonem adalah satu kesatuan terkecil yang dapat membedakan makna. Wacana Kalimat Klausa Frasa Kata Morfem Fonem 23 b. Morfem Di atas satuan silabel secara kualitas ada satuan lain yang fungsional disebut morfem yang merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Sebuah morfem diketahui jika satuan bentuk bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain Chaer, 2007146-147. Pengertian morfem juga dikemukakan oleh Kridalaksana 1983110, morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian yang bermakna lebih kecil. Dapat disimpulkan bahwa kata bukanlah satuan bahasa terkecil yang bermakna, karena kata masih dapat diuraikan. Satuan bahasa yang terkecil dan bermakna adalah morfem yang memiliki sifat arbriter, maksudnya tidak ada hubungan wajib antara bunyi dari sebuah morfem dengan maknanya. Makna dari sebuah morfem bersifat konvensional, belum tentu sama dengan objek yang diwakili morfem tersebut. Menurut Baādulu dan Herman 2005 8 pada dasarnya, morfem adalah unsur abstrak dari analisis, dan apa yang sesungguhnya terjadi adalah dalam bentuk fonetis atau ortografis yang mewakili morfem. Apabila untaian fonetis atau ortografis yang merealisasikan morfem dapat dipilah-pilah, maka bagian itu diistilahkan morf. Morf dapat didefinisikan sebagai bagian atau ruas dari benttuk kata yang mewakili suatu morfem tertentu. c. Kata Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai satu arti Chaer, 2007 162. Batasan kata menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fnem yang urutannya tetap dan tidak berubah, serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain, atau juga dapat dipisahkan dari kata lain. Menurut Kridalaksana 198376 kata merupakan morfem atau kombinasi morfem yang bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan 24 sebagai bentuk yang bebas. Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Kata adalah satuan atau bentuk ābebasā dalam tuturan. Bentuk ābebasā secara morfemin adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabungkan dengannya, dan dapat dipisahkan dari bentuk-bentuk ābebasā lainnya di depannya dan di belakangnya, dalam tuturan Verhaar 2012 97. Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri, dapat diujarkan dan memiliki satu pengertian atau arti. Kata juga bisa berbentuk morfem tunggal atau gabungan dari beberapa morfem. Klasifikasi kata menurut tata bahasawan berbeda-beda penyebutan selama berjalannya waktu, penyebutan sama namun berbeda pada jenis penggolongannya. Kata penuh meliputi kategori nomina, ajektiva, verba, adverbia, dan nemuralia, sedangkan yang termasuk kata tugas adalah kata dengan kategori preposisi dan konjungsi. Klasifikasi kata berdasarkan proses distribusinya meliputi morfem bebas dan morfem terikat, sedangkan berdasarkan gramatikalnya dapat digolongkan menjadi kata monomorfemis dan polimorfemis. d. Frasa Menurut Chaer 2007 222 Frasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frasa pasti terdiri lebih dari satu kata. Kalau yang dimaksud kata adalah satuan gramatikal bebas terkecil, maka pembentuk frasa harus berupa morfem bebas, bukan terikat. Frasa adalah konstruksi nonpredikatif, berarti hubungan antara kedua unsur yang membentuk frasa itu tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat-objek. Sejalan dengan pendapat Boomfield dalam Sulistyowati 2012 konsep frasa āA free from which consistsentirely of two or more less free froms, ... is a phraseā. Bentuk bebas yang tetap terdiri atas dua atau lebih adalah frasa. Dapat disimpulkan bahwa frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih ynag bersifat non-predikatif dan tidak melampaui batas fungsi dari unsur klausa dan 25 selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa. Frasa dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam jenis, yaitu berdasarkan distribusi unsur-unsurnya dan berdasarkan kelas katanya. Berdasarkan distribusi unsur-unsurnya dalam sebuah kalimat, frasa dibagi menjadi dua tipe, yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. 1. Frasa Endosentrik Frasa endosentris adalah frasa yang berdistribusi paralel dengan pusatnya Verhaar dalam Sukini 2010 21. Frasa endosentris berdistribusi sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. Misalnya, Tas baru, sedang membaca, jalan raya dan lainnya. Frasa endosentris dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu frasa endosentris koordinatif, frasa endosentris atributif, dan frasa endosentris apositif. Frasa endosentris koordinatif ialah frasa yang terdiri atas unsur-unsur yang kedudukannya setara, yang satu tidak tergantung pada yang lain Sukini, 2010 24. Pengertian tersebut sependapat dengan Ramlan 2005 142 yang menyatakan bahwa frase endosentrik yang koordinatif terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau, misalnya rumah pekarangan dan adik kakak. Frasa endosentris yang kedua adalah frasa endosentris atributif. Frasa endosentris yang atributif adalah frasa yang terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara. Menurut Sukini 2010 25, unsur frasa endosentris atributif terdiri atas unsur pusat atau unsur yang diterangkan D dan unsur atributif atau penjelas atau unsur yang menerangkan M. Urutannya bisa D-M, bisa pula M-D. Contohnya, ATM BRI, Hotel Ayodya Raya, sedang belajar dan lainnya. Terakhir adalah frasa endosentrik apositif, frasa yang secara semantik unsur yang satu sama dengan unsur yang lain, dan dapat saling menggantikan. Frasa endosentrik apositif memiliki unsur pusat dan unsur aposisi, di antara unsur pusat dengan unsur aposisi digunakan tanda koma. Contohnya, Semarang, Provinsi 26 2. Frasa Eksosentrik Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak sama dengan kategori unsur pusatnya, frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsur-unsurnya. Contonya, di kebun. Menurut jenisnya frasa eksosentrik dibagi menjadi dua, yaitu frasa eksosentrik direktif dan frasa eksosentrik konektif. Menurut Sukani 2010 27 frasa eksosentrik direktif adalah frasa yang terdiri atas unsur perangkai dan sumbu atau pusat. Jadi frasa eksosentrik direktif memiliki dua komponen, yaitu komponen perangkai dan komponen sumbu atau pusat. Contohnya, kepada saya, ke pasar, Sang Pangeran, karena sakit dan lainnya. Berdasarkan kelas katanya, frasa dibagi menjadi lima jenis, yaitu 1 frasa nominal, 2 frasa verbal, 3 frasa adjektival, 4 frasa numeral, dan 5 frasa preposisional. Jenis frasa nominal, verbal, adjektival, dan numeral tergolong frasa endosentrik, sehingga kategori frasa yang bersangkutan sama dengan kategori-kategori unsur pusat atau intinya. Sedangkan frasa preposisional merupakan frasa eksosentrik direktif proposional, yang terdiri atas dua unsur perangkai yang berupa preposisidan unsur lain sebagai sumbu. Menurut Baehaqie 2008 26 berdasarkan makna konstituen-konstituen leksikal pembentuknya, frasa dapat dibedakan menjadi frasa lugas dan frasa idomatis. Frasa lugas ialah frasa yang maknanya masih lugas sebagaimana konstituen-konstituen leksikal pembentuknya. Contohnya, buku tulis dan baju baru. Kebalikannya ialah frasa idiomatis, artinya makna yang terbentuk tidak bisa diuraikan berdasarkan konstituen-kontituen leksikal pembentuknya. Beberapa idiom dalam bahasa Indonesia merupakan bentuk beku tidak dapat berubah, artinya kombinasi dalam idiom bersifat tetap. Contohnya, keras kepala dan naik darah. Baehaqie 2014 54 juga menjelaskan, diilihat dari tingkat keidiomannya, frasa idiomatis ada yang beridiom penuh seperti anak bawang dan putu ayu; tetapi, ada frasa idiomatis yang beridiom sebagian; misalnya, gang tikus, duduk manis, dan jenang sepuh. e. Klausa Klausa adalah tataran di dalam sintaksis yang berada di atas frasa dan di bawah tataran kalimat. Klausa adalah satuan sintaksis yang berupa runtutan kata-27 kata berkontruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi ada komponen berupa kata atau frasa, yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat harus ada, fungsi subjek juga bisa dikatakan wajib. Klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari subjek, objek, predikat, baik disertai objek, pelengkap dan keterangan ataupun tidak Ramlan, 2005 79. Konsep mudahnya, klausa adalah S P O pel Ket. Tanda kurung pada konsep tersebut menandakan bahwa fungsi yang terdapat didalamnya bersifat manasuka, keberadaan fungsi tersebut boleh ada boleh tidak. Jadi, untuk unsur atau fungsi utama dari klausa adalah subjek S dan predikat P. Contohnya - Kakak menari - Bajuku keren Terkadang klausa tidak disertai dengan subjek. Biasanya terdapat pada kalimat jawaban dan kalimat majemuk yang merupakan akibat dari penggabungan klausa. Contohnya - Kalimat jawaban sedang berdiriā Sebagai jawaban dari pertanyaan Muslimah sedang apa?ā - Kalimat majemuk walaupun sakit, Fikri masih sempat kuliahā Pada contoh tersebut, terdapat klausa yang hanya terdiri dari predikat. Kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk yang terdiri atas Fikri masih sempat kuliahā adalah induk kalimat klausa inti, dan walaupun sakitā merupakan anak kalimat klausa sematan. Unsur subjek dari kedua kalimat tersebut induk kalimat dan anak kalimat adalah sama, yaitu Fikriā sehingga unsur subjek tersebut tidak dimunculkan pada anak kalimat. Maka pada anak kalimat hanya terdiri atas unsur predikat sakitā dan tambahan konjungsi walaupunā. f. Kalimat Menurut Kridalaksana 198371 kalimat adalah satuan bahasa yang relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa yang 28 membentuk satuan bebas; konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan. Definisi lain juga diungkapkan oleh Chaer 2007 240 kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Selanjutnya, menurut Parera dalam Baādulu dan Herman, 2005 48-49 mengemukaan bahwa kalimat adalah sebuah bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak merupakan bagian dari bentuk ketatabahasaan lain yang lebih besar dan mempunyai ciri kesenyapan final yang menunjukkan bentuk itu berakhir. Terakhir Samsuri 1983 53 menyatakan bahwa kalimat adalah untaian yang berstruktur dari kata. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat merupakan kontruksi gramatikal yang terdiri atas satu klausa atau lebih dan relatif berdiri sendiri dengan pola tertentu serta mempunyai pola intonasi final. Berdasarkan pada definisi-definisi kalimat di atas, kalimat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut Cook dalam Baādulu dan Herman, 2005 49 1. Kalimat relatif dapat dipisahkan, dan korpus apa saja dapat direduksi menjadi kalimat. 2. Kalimat mempunyai pola intonasi final, yang dapat membantu memisahkan kalimat. 3. Kalimat terbentuk dari klausa. Klausa berkombinasi dalam suatu jenis ketergantunagna terpola yang mencakup kombinasi klausa yang tidak mempunyai struktur menyeluruh dari suatu klausa tunggal. Cook juga mengklasifikasikan kalimat berdasarkan kriteria-kriteria berikut 1. Berdasarkan jumlah dan jenis klausa dalam basis, kalimat diklasifikasikan sebagai kalimat sederhana, kalimat kompleks, dan kalimat majemuk. 2. Berdasarkan struktur internal klausa utama, kalimat diklasifikasikan sebagai kalimat sempurna atau kalimat atak sempurna. 3. Berdasarkan jenis responsi yang diharapkan, kalimat diklasifikasikan sebagai kalimat pertanyaan, kalimat pernyataan, dan kalimat perintah. 4. Berdasarkan sifat hubungan aktor-aksi, kalimat diklasifikasikan sebagai 29 5. Berdasarkan ada tidaknya unsur negatif dalam frasa verbal, kalimat diklasifikasikan sebagai kalimat afirmatif dan kalimat menyangkal. Dari semua jenis kalimat yang dikemukaan oleh Cook, dapat digolongkan ke dalam dua jenis utama kalimat, yaitu kalimat inti dan kalimat turunan. Kalimat inti adalah kalimat yang bisa menjadi dasar dari pembentukan kalimat-kalimat lain, sedangkan kalimat turunan adalah kalimat yang diturunkan dari kalimat inti. g. Wacana Wacana adalah satuan kebahasaan yang unsurnya terlengkap, tersusun oleh kalimat atau kalimat-kalimat, baik lisan maupun tulis yang membentuk suatu pengertian yang serasi dan terpadu, baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya. Wacana menjadi suatu rangkaian bahasa yang sinambung, selesai, bermakna lebih luas daripada kalimat yang berfungsi dalam pengungkapan dan pemahaman dalam interaksi kebahasaan Hartono, 201210-12. Selanjutnya Kridalaksana 1983179 wacana discourse merupakan satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana bisa direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya, paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Menurut Stubbs dalam Tarigan, 2009 24 wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa; dengan kata lain, unit-unit linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa, seperti pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Secara singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran atau utterance. Pengertian tentang batasan wacana juga dikemukakan oleh Tarigan 2009 26, wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. Terdapat delapan unsur-unsur penting yang harus terkandung dalam sebuah wacana, yaitu satuan bahasa, terlengkap dan terbesar atau tertinggi, di atas kalimat atau klausa, teratur atau rapi koherensi, berkesinambungan kontinuitas, kohesi kepaduan, lisan dan tulis, serta mempunyai awal dan akhir yang nyata.
satuan bahasa yang lebih luas dari kalimat adalah